Aku memanggilnya, Gus..

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Kali ini aku akan bercerita tentang seseorang. Yang kehadirannya telah berkontribusi banyak dalam perjalanan hijrahku menuju titik dimana aku berdiri sekarang ini. Siapa dia ?

Aku memanggilnya, Gus.

Dia bukan putra seorang Kyai. Dia juga bukan pengasuh sebuah pesantren. Dia hanya senior sebuah organisasi di kampusku, Ha’iah Tahfidz Al-Qur’an ( HTQ ), Gus dan Ning adalah panggilan khusus bagi seluruh anggota HTQ. Pertama kali aku mengenalnya ketika mengikuti Ta’aruf Qur’ani ( TQ ). TQ ini semacam diklat dan pengenalan bagi para calon anggota baru yang dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut, lalu di akhiri dengan sumpah dan pelantikan anggota baru HTQ.

Salah satu agenda dalam acara TQ adalah motivasi. Motivasi kali ini bertemakan ‘ from zero to hero : 30 juz dalam waktu 3 tahun’. Ketika MC memanggilnya maju ke depan sebagai pembicara utama dalam acara tersebut. Maka saat itulah pertama kalinya aku menatap wajahnya.

Dan dia mulai berkisah mengapa ia diminta berbicara di depan ketika itu ..

Dia berasal dari pulau garam, Madura. Tetapi ia memilih untuk menoreh tinta emas selama Aliyah di kotaku, Jember. Dia alumni MAN 1 Jember. Oh, dari Madura bisa sampai di Jember. Bagaimana mungkin? Pikirku. Ternyata bibinya berdomisili di Jember, jadilah ia tinggal bersama keluarga bibinya selama kurang lebih 3 tahun disana.

Hobby utama demi menghabiskan waktu senggangnya adalah Nge-Band. Rocker, katanya. Main Band sana sini bersama kawan-kawannya adalah satu-satunya hal yang paling ia sukai. Karena Band membuatnya bebas berekspresi dalam setiap ruang dan waktu. Bahkan, mungkin ia keceplosan berkata hal ini, bahwa ia sempat kabur dari Ma’had Al-Amien Prenduan Sumenep Madura, hanya karena ia tak tahan terkekang dalam peraturan. Aku tertawa dalam hati ketika melihat ekspresi lucunya saat keceplosan mengatakannya. :mrgreen:

Sampai ketika ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan impiannya ke Malang, ke kampus ini, UIN Maliki Malang. Hidup di asrama UIN pada tahun pertama membuatnya banyak bertemu dan mengenal para alumni pesantren. Ya, mahasiswa-mahasiswi UIN memang mayoritas pernah nyantri. Kecuali aku mungkin, yang nggak ada bau-bau pesantrennya sama sekali. Hehe.

Suatu hari seorang teman kamarnya yang memang sudah Huffadz sejak di pesantren, mengajaknya mendaftarkan diri sebagai anggota HTQ, yang ketika itu sedang Open Recruitment. Dengan lagak cueknya dia berkata :

siapa aku mau menghafal Al-Qur’an. Baca Al-Qur’an selama ini saja bisa dihitung jari. Apalagi menghafalnya. Ahh~ masih banyak yang harus aku benahi sebelum memutuskan hal berat ini.

Tetapi dengan bijak kawan sekamarnya itu menjawab :

Yang terpenting niat dan semangat. Percayalah, orang yang mau menolong Al-Qur’an maka Allah akan menolong dirinya. Bismillah, ayo dicoba dulu.

Setelah berpikir matang selama beberapa saat, maka diputuskanlah mendaftar juga. Dengan modal 5000 sebagai biaya pendaftaran, maka dimulailah perjuangan emasnya kala itu. Siapa sangka hanya dengan uang 5000 tekad yang kuat mampu mengubah seluruh jalan hidupnya 180˚.

Di tahun pertama, saat semester 1-2 ia berstatus sebagai santri Ma’had UIN Maliki Malang ( asrama wajib 1 tahun bagi para mahasiswa baru ). Seperti yang aku tahu bahwa hampir tidak ada satupun mahasiswa yang tidak mengeluh dengan banyaknya kegiatan selama di asrama tersebut. Belum juga adanya program PKPBA setiap hari senin-Jum’at ( Program Khusus Pembelajaran Bahasa Arab ) yang juga merupakan program wajib bagi setiap mahasiswa baru. Terlebih lagi, ia adalah mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris yang mana mata kuliahnya sangat kontras dengan bahasa Al-Qur’an yang ia hafal setiap waktu. Bisa dibayangkan bukan bagaimana ribetnya ia membagi waktunya untuk menghafal Al-Qur’an di sela sela banyaknya tugas dan kegiatan yang harus ia lakukan?

Namun ia pantang menyerah. Sejak disumpah dan dilantik menjadi anggota HTQ, ia telah berazzam kuat. Ia harus merubah seluruhnya. Maka tahun pertama itu ia berhasil mendapatkan 5 juz. Subhanallah..

Ia merasa kurang puas dengan apa yang ia dapatkan. Di ikutilah SYAUQI ( Syahrul Qur’ani ), salah satu agenda rutinan HTQ yang dilaksanakan selama liburan semester . Selama kurang lebih 1 bulan, peserta akan di gembleng dan di drill hafalannya disertai dengan pengetahuan seputar kealQur’anan. Selama itu pula, ia berhasil menambah 5 juz lagi. Allah ..

Menginjak semester selanjutnya, ia terus berjuang tanpa kenal lelah. Saat yang lain asyik ngobrol dan main sana sini, ia lebih memilih berdiam diri di masjid bersama Al-Qur’annya. Bahkan, ia memilih tidak kembali ke kamar sampai larut malam sebelum ia menyelesaikan tambahan hafalannya. Allah.

Semakin banyak hafalan yang dimiliki, semakin banyak pulalah ‘cobaan’ demi ‘cobaan’ yang hadir. Kita tahu bahwa menuju sebuah kesuksesan sejati itu tidak mudah. Banyak rintangan yang menghalangi. Tidak terkecuali dia, saat menginjak juz 20 satu per satu godaan mulai datang. Kaum hawa, keluarga, bahkan teman. Ah, jika satu demi satu kuceritakan disini rasa-rasanya tidak akan muat blog ini. Maka dilema itu mengantarkannya pada satu hal, ia harus kembali ke niat awal. Ia harus menyelesaikan perjuangan ini. Maka ketika semester 6 berakhir, maka berakhir pulalah 30 juz Al-Quran yang selama ini dihafalnya.

Tepat 3 tahun, ia menuntaskan amanah yang Allah sematkan dalam hidupnya. Allahu Akbar.

Mendengar kisah perjalannya, entah apa yang kurasakan. Semua bercampur jadi satu. Sedetik kemudian hatiku berkata :

jika kau bisa meraihnya dalam waktu 3 tahun, aku bisa kurang dari itu, Gus. InsyaAllah.

Entah mengapa, sejak detik itu pula aku mulai bersemangat untuk menguatkan azzam dalam hatiku. Tiap kali bertemu dengannya, seolah mendapat suntikan semangat yang membara bersama Al-Qur’an. Ahh~ jika saja kalian semua tahu, tak ada yang menyangka seorang dia adalah Huffadz 30 juz. Tampilan super funky-nya selama di kampus, membuatnya tak terkenali oleh orang awam. Kami menjulukinya, Suffy Funky.

Mungkin, bisa saja menghafal selama 3 tahun, bahkan kurang dari itu. Tetapi yang bisa lancar dalam hafalannya, itu jarang. Namun Gus telah membuktikannya. Ketika ia di-tes di depan seluruh anggota baru dalam acara motivasi itu, ia berhasil melanjutkan ayat demi ayat yang telah dibacakan bilghaib oleh seorang Ustadz.

Percayalah, Yang aku tahu ia sungguh-sungguh mencintai Al-Qur’annya. Jika saja Al-Qur’an itu seorang wanita, maka tak ada pilihan baginya selain menyempurnakan agamanya detik itu juga.Ya, tak sekalipun ia ingin menduakan Al-Qur’annya.

Terimakasih, Gus..
Atas setiap kisah yang kau alunkan siang itu. Tanpa kau sadari, hadirmu telah menjelma indah ke dalam sanubari. Sedalam apapun aku berfikir, tetap saja aku tak tahu harus dengan apa aku membalas jasamu. Tapi percayalah, ketika nanti Allah menanyaiku di hari akhir, kan kusebut namamu sebagai salah satu orang Terbaik dalam lembaran hidupku 🙂

30-juz11

48 thoughts on “Aku memanggilnya, Gus..

    • Ndak cuma banyak Mbak. Hampir setiap orang kayaknya 😀
      Pasalnya, Gus orangnya cuek, khususnya ke kaum hawa. Nambah penasaran aja kan? #eh

      Aamiin aamiin Ya Rabb 🙂
      Semoga diberikan keistiqomahan ya mbak ? 🙂

      Suka

    • Andai apa hayoo ? Hehe ..
      Yang belum pernah ketemu aja mengandai2, bagaimana dengan yang setiap hari berpapasan ? #eh

      InsyaAllah Mbak, mohon doa’nya nggeh 🙂

      Suka

  1. Luar biasa ya temen suffy funky nya. Sebagian temen SMP ku pas SMA masuk ponpes tahfidz yg tetep pelajaran SMA pd umumnya. Gak keliatan aja gitu yg di ITB, ITS, UGM, dan PTN2 lainnya, belajar teknik, kedokteran, matematika, de el el itu dengan tetap menjaga hafalannya.

    Suka

    • Subhanallah sekali ya teh ?
      Apalagi anak-anak kecil yang 3 tahun sudah khatam, MasyaAllah~ orang tua mana yang tak bahagia 🙂 Semoga kita menjadi salah satu orang tua yang merasakan itu kelak, aamiin 😉

      Suka

  2. Eh ternyata wong Jember toh 😀

    Subhanallah ya, hebat banget bisa hafal Al-Qur’an dengan lancar. Membaca ini saya jadi malu, bener-bener kurang bercumbu dg Al-Quran, bener2 rugi selama ini sudah menyia-nyiakan waktu. Semoga bisa memperbaiki diri ke depannya dan semoga mbk Vinda bisa bener2 istiqamah dan mengikuti jejak Gus ya 😀

    Suka

    • Loh, iya toh. Emang mbak Anis orang mana ?

      Sama mbak. saya juga banyak main-mainnya selama ini. Buat apa aja waktu dari kecil yak ? Ahh~ berbicara masa lalu tak akan pernah habis penyesalannya.
      Mari kita gunakan waktu yang tersisa dari sekarang untuk yang lebih berguna kedepannya. Oke ? Bismillahitawakkaltu ‘alallah 🙂
      Aamiin Allahumma aamiin, maturnuwun doanya Mbak anis ^_^

      Suka

    • Mau tau? Sering-sering mmapir yaa 🙂
      Kisah selanjutnya akan dipoting dengan potongan yang jauh lebih menarik, InsyaAllah. hehehe 😀
      Terimakasih sudah berkunjung Mbak 🙂 semoga betah jadi tetanggaku ^^

      Suka

    • Wahh~ kalau bisa bicara, tentu si Fuq** menangis tuh, hehe. Yuk mari menata niat kembali. Bangkitkan semangat. Dan, capai keistiqomahan. Bi’idznillah 🙂
      Semangat !

      Suka

Terimakasih jejak ukhuwahnya, kawan :)