Serial Wedding : Mengapa Kau Memilihku, Mas ?

bismilah

Assalamu’alaikum . .  Marhaban Ya Ramadhan.. ^_^

Allahuakbar, sudah sekian lama tak membuka lapak ini, berasa seperti rumah tua yang tak layak berpenghuni. Apakabar semua ? Semoga senantiasa dalam keharibaan Allah swt, dimanapun kalian semua berada. Untuk semua yang pada kangen ( emang ada ? 😀 ), miss you to all, so much :* Kemana aja sih,Vin ? Nggak kemana-mana sih, cuma memang banyaaaak hal yang memaksa saya harus fokus, and well beginilah jadinya, harus vacum pada hobby-hobby saya semantara waktu.

And now, I’M COME BACK . . !!!  ^_^

Oke, tanpa memperpanjang kata saya ingin menyampaikan sebuah cerita. Sebuah kisah. Sebuah alasan mengapa beberapa bulan ini saya ‘menghilang’.

Kisah ini berawal sejak akhir Desember 2013 lalu, di musim yang terik dan melelahkan. Pasalnya waktu itu lagi UAS, jadi serentetan tugas membuat kami para mahasiswa harus mondar mandir sana sini, ngenet sana print sini, copy sana paste sini. *Eh nggak ding, kalimat terakhir abaikan 😀 Entah karena angin apa, tiba-tiba saja saya ingin membuka facebook. Sudah lama rasanya nggak pernah bikin status alay¸hehe. Saat log in, begitu banyak notification dan invitation dari beberapa teman, jika tidak salah lihat mungkin sekitar 200-an orang belum saya confirm. Saya memang tipe orang yang malas ngonfirm jika tidak benar-benar kenal orangnya. Namun saat itu juga, saya melihat sebuah nama yang unik tertera paling atas dalam deretan tersebut. Dan entahlah, saya tergoda untuk melihat profilnya.

Hal pertama yang saya perhatikan waktu itu adalah fotonya. “ Ah~sudah ustadz-ustadz,” pikir saya. Karena fotonya memang berkopyah dan berbusana muslim. “ Maklum, orang madura sih. Hehehe.” Komentar saya setelah melihat tempat tinggalnya. “ Mungkin juga sudah beristri,” seraya hendak berpindah halaman. Namun, semakin mouse saya scroll ke bawah, ada sesuatu yang membuat saya tertarik dan tak ingin segera beranjak pergi. Ialah statusnya, yang tak seperti kebanyakan orang-termasuk saya-di facebook. Terlampau banyak puisi-puisi dan prosa yang membuat orang ‘nyaman’ membacanya. Semakin lama semakin asyik juga ngepoin orang, sampai tak sadar bahwa waktu sudah beranjak dari satu jam yang lalu.

Oke fixed, KONFIRMASI TEMAN : TERIMA. Hari itu juga, teman facebook saya bertambah. Dia, satu-satunya yang saya terima diantara ratusan lainnya.

***

Keesokan harinya, kejutan baru menyapa. Saat serius-seriusnya googling tugas, tiba-tiba terdengar bunyi “ plung “ dengan notif merah di kanan atas muncul pada halaman facebook. Seseorang mengirimkan pesan. Seseorang itu, yang baru kemarin sempat menyihir fikiranku lewat untaian kata-katanya.

Dimulai dari ucapan salam penuh sopan santun ia mengenalkan diri, katakanlah basa-basi. Aku sendiri tak banyak menimpali, sebatas yang perlu diucapkan saja. Namun ternyata ia tak pantang menyerah, sedikit namun pasti ia menanyaiku ini dan itu.

Berawal dari situlah kami sering bercengkrama ( read : chating ). Tidak hanya seputar basa-basi, karena sejak saat itu saya tahu bahwa dia orang yang kritis, suka berbagi pengalaman, dan humoris. Hingga suatu hari dia mengenalkan saya pada kakak angkatnya selama di pesantren dahulu, yang kini juga menjalani study di UIN sekaligus menjabat sebagai musyrifah di MSAA. Mbak Romlah namanya, seorang perempuan yang cerdas, suka tersenyum, dan baik hati. Dan mungkin karena kebaikan hatinyalah, tanpa saya minta pun beliau bercerita panjang lebar mengenai sejarah adik angkatnya itu.

Sampai tibalah pada suatu saat dimana sebuah pertanyaan tidak sengaja menjadi sebab akhir yang bahagia, kurasa.

“ Kenapa tangannya dihias henna? Sudah menikah ? “

“ Hehe, belum,”

“ Lantas ? “

“ Supaya lekas ketularan menikah, “ kali ini saya menjawab dengan gaya ceplas-ceplos yang suka keluar tanpa izin. Astaghfirullah -_-

“ Menikah ? Kan kuliahnya belum kelar? “

“ Memangnya menikah harus sarjana dulu ? harus kerja dulu ? Maaf, bukan itu prinsip saya.”

“ Seperti apa menikah bagimu ? “

Merasa seolah tertantang, dengan terpaksa akhirnya saya menjawab :

“ Menikah bagi saya adalah perjuangan dan pengabdian. Perjuangan dalam membuka sebuah kehidupan yang baru, dengan lembaran-lembarannya yang menuntut saya untuk bertanggung jawab terhadap iman, cinta dan nafsu. Perjuangan yang dimulai dari nol bersama-sama dalam menggapai impian dan kesuksesan, agar generasi keturunan saya nanti bukan orang yang manja, agar mereka tahu seperti apa hidup yang sesungguhnya. Dan pengabdian, bahwa setiap ucap, laku dan fikiran semata-mata hanya untuk mengabdi pada perintah-Nya, serta taat pada sunnah rasul-Nya. Tak terkecuali pengabdian saya pada suami dan anak-anak nanti, semua itu agar surga-Nya mau menerima diri yang penuh dosa ini. “

“ Kalau begitu, Adik mau menikah dengan saya ? “ tanyanya tanpa ragu.

Pertanyaan singkat, namun seperti kilat menyambar di siang bolong. Entahlah, mungkin saya yang tengah linglung atau bagaimana, saya hanya menjawab :

“ Maaf, jika memang Mas serius, jangan tanyakan saya. Menghadaplah orang tua saya dirumah. Setelah itu, Mas akan tahu jawabannya. “

***

Tiga bulan kemudian.

Pertanyaan yang semula saya anggap gurauan belaka, ternyata menjadi keseriusan baginya. Terbukti malam itu, dimana dengan hanya bermodalkan bismillah dan restu ibunda dia melangkahkan kaki pertama kalinya. Ya, pertama kalinya dia melakukan perjalanan sebegitu jauhnya seorang diri, pamekasan – jember, tanpa tahu jejak dan arah. Pertama kalinya dia silaturrahim ke rumah seorang wanita yang bahkan belum pernah ia temui sekalipun, hanya sebatas foto yang ia miliki. Dan pertama kalinya ia maju menyatakan cinta di hadapan orang tua seorang wanita, yang ia yakini adalah jawaban dari doa dan sujud panjangnya selama ini.

Sesampainya di rumah saya, saat itulah kami pertama kali bertemu setelah sekian perhelatan kata yang kami lakukan di dunia maya.

Dengan penuh ta’dzim dan sopan santun, ia mengutarakan niat yang ia bawa dari rumah. Ayah mengangguk-angguk mendengarkan tuturannya sambil sesekali mengiyakan. Ibuk hanya tersenyum memandangnya dari kejauhan, di dekatku.

“ Dari sekian banyak wanita, kenapa Mas memilih saya ? “

“ Karena Adik adalah jawaban dari MIMPI saya. Jika saya boleh sedikit bercerita, suatu ketika saya masih di pesantren, saya bermimpi BuNyai Sepuh datang memarahi saya. Padahal, sekalipun saya belum pernah berhadapan secara langsung dengan beliau. Beliau marah besar karena saya menolak untuk tidak segera mengejar dan menghubungi orang yang tahfidz Al-Qur’an. Ketika itu saya bingung, apa yang harus saya lakukan ? Bertahun-tahun saya fikirkan hingga saya bertemu dengan Adik, seketika itulah hati saya berkata bahwa Adik-lah orang yang saya cari. Keinginan saya tak banyak, saya hanya ingin garis keturunan saya nanti menjadi generasi Muhammad yang Qur’ani. “

“ Hanya itu ? “ Jawab saya kelu, setelah mendengarkan tuturannya yang tak munafiq membuat hati saya bergetar hebat.

“ Ada satu lagi yang membuat keyakinan saya semakin kuat. Tanpa saya minta membuka mushaf, tentunya adik faham mengenai Surat Al-Isra’ ayat 79. Dulu saya mengistiqomahkan diri membaca ayat itu sebanyak mungkin, hingga rasanya setiap kata dalam ayat itu mengakar kuat dalam fikiran dan hati saya. Dalam ayat yang saya hafal itu ada nama Adik. Dan Maha Suci Allah, dalam ayat sebelumnya yakni ayat 78, nama saya ada disana. Ya, nama kita sudah bersandingan dalam ayat-ayat suci-Nya. Semoga ini adalah petunjuk kebaikan dari Allah swt.” Sambil menunduk, ia menelungkupkan kedua tangan ke wajahnya, mengamini doa yang ia ucapkan sendiri.

Tak ada kata yang mampu keluar dari lidah saya. Seluruh pertahanan hati selama ini runtuh sudah. Air mata tak terbendung adanya. Subhanallahu walhamdulillahi walaailaahaillahu allahuakbar. Ya Allah, inikah dia malaikat yang kau kirimkan ? inikah jawaban dari rayu pintaku kepada-Mu yang tiada henti selama ini? Janji-Mu nyata Ya Rabb, bahwa rencana-Mu jauh luar biasa indah dari sekedar apa yang kubayangkan.

Setelah itu, ayahlah yang mengambil kebijaksanaan. Di satu sisi, ayah begitu sangat menghargai keberanian dan ketulusannya, namun di sisi yang lain ayah memahami posisi dia yang saat itu belum selesai skripsi. Ayah memintanya untuk bersabar dan seraya mempersiapkan segala sesuatunya. Karena bagi ayah, bukan kekayaan ataupun ketampanan, yang terpenting adalah akhlak dan mental. Hingga akhir desember 2014 lalu, setelah ia dinyatakan resmi menjadi seorang sarjana, keesokan harinya ia kembali menghadap keluarga saya. Kali ini ia tak sendiri, tapi diriingi orang tua dan keluarganya. Alhamdulillah, saya telah resmi dipinang. Hehehe..

Setelah berbagai musyawarah dilakukan antar dua keluarga, maka diputuskanlah hari dan tanggal bersejarah bagi kami berdua. Hari dimana janji suci diucapkan atas nama Allah swt dan rasul-Nya. Hari dimana setiap sentuhan adalah ibadah, jari jemari bertautan mampu menggugurkan dosa. Dan hari dimana surga saya kini berada di bawah telapak kaki seorang lelaki asing, yang telah berjanji akan senantiasa mencintai saya dalam syukur dan bahagia :”)

SABTU, 16 MEI 2015

VINDA NAFILATUZ ZAHRO & MASYHUDI

DSC_4022

Syukur tak terhingga terpanjatkan kehadirat Allah swt yang telah mengijabah setiap mimpi dalam doa-doa saya.

Terimakasih Ayah Ibuk, yang cintanya tak pernah padam hingga akhir waktu. Semoga senantiasa sehat dan dalam ridho Allah swt.

Para sahabat, yang bersedia mengamini setiap doa dan mimpi-mimpi konyol saya, hingga membuat saya semakin yakin pada mimpi-mimpi yang saya tempel pada dinding kamar saya. Semoga lekas nyusul yaa, hehe.

Dan teruntuk lelaki paling sabar yang pernah saya kenal, I Love You, Sayang :* Terimakasih sudah add facebook-ku saat itu. Hehe. Terimakasih, sudah memilihku dari sekian banyak pilihan. Percayalah, aku mensyukurinya tiada henti :”) Maafkan segala kekurangan yang mungkin baru kau temui setelah kita bersama. Ah~ kau selalu bilang “ Aku tetap sayang, kok “ sambil tersenyum mesra. Hari ini kukatakan padamu, bahwa setiap tutur kata dan tingkah lakumu adalah keindahan Allah yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Terimakasih, Imam surgaku :*

Wassalam..

30 thoughts on “Serial Wedding : Mengapa Kau Memilihku, Mas ?

  1. Saya juga nikah pas setelah lulus wisuda kok, mak. Haru biru pengantin baru ya ^^ baarakallaahulak wa baaraka’alaik wa jama’a bainakumaa fii khaiir.. *hihi.. Akhirnya bisa visit balik blognya ya..

    Suka

    • Aamiin, ya Rabb 🙂 jazakillah.
      Iya, jodoh tidak ada yg tahu kapan dan datang dari arah yang mana. Semuanya misteri yg indah dan penuh kejutan 😀
      Salam ta’aruf juga 🙂 terimakasih sudah mampir ya.

      Suka

  2. Saat membaca kisahmu ini, ada satu hal yang membuat aku terkagum. Kau menceritakannya dengan begitu lengkap, hingga percakapan yang aku sampaikan sekalipun. Padahal aku sudah banyak lupa karena saking banyak kenangan indah bersamamu. Yang aku ingat hanya kesimpulannya saja, bahwa cintamu begitu luar biasa untukku. Terima kasih cinta halalku. :*

    Suka

  3. Subhanallah, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah … Ini adalah jawaban Allah atas doa hambanya yang tak pernah lepas sepanjang waktu … Semoga lahir generasi penerus perjuangan Nabi Muhammad SAW …

    Suka

Terimakasih jejak ukhuwahnya, kawan :)